Minggu, 29 Desember 2013

Ujian Akhir Semester Ganjil Kimia Organik 1


Nama : Daniel Marison
Nim : A1C112017
Prodi : Pendidikan Kimia Reguler 

SOAL

      1.  A. Jelaskan bagaimana asam benzoat di sintesis dari suatu senyawa aromatik!
    B.  jelaskan bagaimana mensintesis asam salisilat dari asam benzoat tersebut di atas!
      2.       Jelaskan mengapa fenol dapat di gunakan sebagai antiseptik!, mengapa alkohol tidak memiliki kemapuan demikian?
      3.       A. Suatu eter dapat bereaksi dengan air dimana bila di uji dengan larutan fehling A dan fehling B memberikan hasil positif.
       B. hasil dari tersebut di atas bila dioksidasi lebih lanjut akan menghasilkan senyawa X , tentukan cara mengidentifikasinya!
      4.       Mengapa suatu eter bisa lebih reaktif dari pada alkohol, padahal secara umum alkohol lebih reaktif dari pada eter apabila di reaksikan dengan logam? (seperti Na)
jelaskan dasar-dasar ilmiah yang memungkinkan suatu eter lebih reaktif dari pada alkohol!
      5.       Bila fenol dikatakan lebih asam dari pada alkohol temukan contoh suatu alkohol jauh lebih asam dari pada fenol! Jelaskan mengapa demikian!
6.     Etanol berfungsi digunakan sebagai bahan bakar, bagaimana halnya dengan turuna alkohol yang lain yang memungkinkan di gunakan sebagai bahan bakar,?
apa syarat-syaratnya? Dan berikan contoh!


JAWABAN :

1 A) Berdasarkan materi pembuatan fenol, senyawa aromatic pada benzene dapat dijadikan fenol. Proses hidrolisis klorobenzene (proses Dow)

 

Jadi menurut saya, senyawa aromatic bisa dibuat menjadi asam benzoat. Cara membuatnya dengan :

1.            Dimana  benzene direaksikan terlebih dahulu dengan halogen supaya terjadi pertukaran (substitusi). Dimana halogen yang digunakan adalah klorida. Kita ketahui atom H pada benzene cenderung positif maka mudah lepas dan menyerang klorida membentuk HCl . Kemudia anion Cl (elektrofilik) akan menyerang benzyl membentuk klorobenzena.

2.           Selanjutnya klorobenzena itu direaksikan dengan NaOH agar  terbentuk natrium fenoksida. Dimana direaksikan  pada tekanan tinggi dan suhu 350 ºC. pada reaksi ini Cl akan menyukai atom Na+ membentuk NaCl dan terbentuk molekul air. Tersisa ONa yang akan menggantikan Cl membentuk Natrium fenoksida.


3.            Natrium fenoksida ini direaksikan dengan HCl terjadi  substitusi Na dan H. dimana atom H+  akan menyerang gugus ONa dan Na+ akan melepas dan ditarik oleh klorida membentuk NaCl. Maka terbentuk fenol.

4.            Fenol ini bila dioksidasi dengan katalis KMnO4(Kalium Permangat)  menjadi Benzaldehid. Benzaldehid direaksikan dengan Ag2O menjadi Asam Benzoat dengan Gugus –COOH.

Mekanisme reaksinya adalah seperti gambar dibawah :










  1 B).      Pada pembuatan asam salisilat dari asam benzoate sangat sulit sekali ditemukan dibuku dan di internet.  Yang ada adalah pembuatan asam salisilat dari fenol. Jadi saya akan mencoba menjawab setahu saya.

Pada awalnya asam benzoat direaksikan dengan halogen pada suhu 350 derajat Celcius dan tekanan tinggi. Halogen yang digunakan pada reaksi ini adalah klorida (Cl2) dimana ikatan pada atom H akan mudah lepas karena atom H cenderung positif dan memberikannya pada Cl2. Setelah itu akan membentuk asam klorida (HCl) dan ion Cl tersebut akan menyerang tempat dimana atom H tersebut lepas.



Selanjutnya akan direaksikan dengan basa kuat supaya klorida bisa disubtitusikan. Basa kuat yang digunakan salah satunya adalah Natrium Hidroksida (NaOH).  Pada tahap ini gugus –COOH akan memberikan atom H-Nya(protonisasi) kepada NaOH membentuk molekul air. Elektrofilik ONa+ akan menyerang Cl dan menggantikannya. Dan Cl tersebut akan bereaksi dengan sisa H+ yang berlebih menjadi asam klorida.



            Tahap selanjutnya direaksikan kembali dengan asam klorida. Dimana pada reaksi ini terjadi substitusi. Atom H pada HCl akan memberikan elektronnya kepada gugus ONa+dan Na+ akan terlepas dan tertarik oleh Cl menjadi Garam klorida pada gugus karbonil membentuk gugus –COOH. Sehingga terbentuk senyawa asam salisilat dan Natrium Klorida.




2).     
Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.
Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan. Antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Turunan alkohol, turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dengan cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Senyawa alkohol dapat menimbulkan denaturasi protein sel bakteri dan proses tersebut memerlukan air.
Hal ini ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang tidak mengandung air, mempunyai aktivitas antibakteri jauh lebih rendah dibanding alkohol yang mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga menghambat sistem fosforilasi dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan substrat nikotinamid adenine nukleotida (NAD). Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses absorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membran mengalami lisis.
Fenol sendiri, pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan. Metode penelitian merupakan observasional laboratorik. Sampel diambil dari Unit Perinatologi Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek selama bulan Desember 2012-Januari 2013.
Uji efektivitas  menggunakan metode uji koefisien fenol dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian memperlihatkan povidon iodin, antiseptik merk “X”, alkohol jerigen, alkohol botol, dan alkohol yang dituangkan pada wadah berisi kapas yang digunakan memiliki efektivitas yang lebih baik dibandingkan fenol dalam membunuh Staphylococcus aureus. Hal ini dilihat dengan nilai koefisien fenol 1,875 pada antiseptik merk “X” (S1, S3, S4, S5, S6), alkohol botol pada lantai 1, dan alkohol pada wadah di lantai 1. Pada antiseptik merk “X” (S2), alkohol jirigen, alkohol botol pada lantai 2, alkohol pada wadah kapas di lantai 2, dan povidon iodin tidak dapat dilakukan penghitungan dikarenakan sudah membunuh Staphylococcus aureus pada menit ke 5 yang berarti lebih efektif dibandingkan dengan fenol. Simpulan penelitian ini adalah antiseptik yang digunakan selama bulan desember 2012- januari 2013 memiliki efektivitas lebih baik dibandingkan dengan standar baku fenol.
Dalam dunia medis, salah satu antiseptik yang banyak digunakan adalah alkohol. Sifat alkohol yang stabil dalam membunuh mikroorganisme merupakan salah satu alasan penggunaan alkohol sebagai desinfektan di rumah sakit. Namun, cara penyimpanan yang tidak baik akan menyebabkan penurunan efektivitas alkohol. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi pada alkohol. Alkohol yang sudah terkontaminasi jika digunakan dapat mengakibatkan infeksi. Penurunan efektivitas antiseptik dapat dilihat menggunakan tes koefisien fenol. Koefisien fenol merupakan perbandingan ukuran suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol sebagai standar.
Alkohol
ž  Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus dapat terbunuh oleh alkohol.
ž  Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan dan tindakan medis lain.
ž  Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena menimbulkan rasa terbakar.Jenis alkohol yang digunakan sebagai antiseptik adalah Etanol(60-90%),propanol(60-70%) dan isopropanol(70-80%) atau campuran dari ketiganya.
ž  Metil alkohol (metanol) tidak boleh digunakan sebagai antiseptik karena dalam kadar rendah pun dapat menyebabkan gangguan saraf dan masalah penglihatan. Metanol banyak digunakan untuk keperluan industri


Jadi kesimpulannya, Alkohol bisa digunakan menjadi antiseptik karena disinfektan sama-sama membunuh mikroorganisme / bakteri dengan cara menggumpalkan protein dalam selnya. Namun alcohol tidak digunakan karena bila digunakan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Sehingga fenol yang sering digunakan dalam dunia medis.



3 A). Uji Fehling dilakukan untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Gula pereduksi merupakan golongan karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa-senyawa penerima elektron, contohnya adalah glukosa dan fruktosa. Ujung dari suatu gula pereduksi mengandung gugus aldehida atau keton bebas.
 Monosakarida seperti glukosa, fruktosa, galaktosa dan disakarida seperti laktosa dan maltosa tergolong gula pereduksi.

      Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Larutan Fehling terdiri dari larutan  Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).

    Hasil positif terhadap pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata. Eter apabila bereaksi dengan air dan diuji dengan larutan fehling memberikan hasil positif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa eter bereaksi dengan air membentuk ikatan hidrogen . karena gugus O pada eter terjadi gaya molekul yang membuat interaksi dengan atom H sehingga dapat bereaksi dengan air.
      sehingga menghasilkan senyawa yang memiliki gugus aldehid (R-COH).

3 B).      Aldehid apabila dioksidasi dengan KmnOakan menghasilkan senyawa X, senyawa X ini adalah asam karboksilat yang memiliki gugus -COOH. Untuk mengidentifikasi apakah senyawa X ini. Kita tambahkan alkohol pada asam kaboksilat dengan katalis asam, maka akan terbentuk senyawa ester. R-COOR
                Senyawa ester ini cukup mudah diketahui melalui baunya. Senyawa ester memiliki aroma yang khas seperti bau buah. Selain itu karena hasil reaksi berupa ester dan air. maka untuk mengidentifikasinya sangat mudah. Larutan ini menimbulkan dua lapisan dimana lapisan atas adalah ester dan lapisan bawah adalah air, hal ini dikarenakan perbedaan sifat kimia dari air yang bersifat  polar dan ester yang bersifat polar sehingga keduanya terpisah. 





4).Eter dan alkohol adalah senyawa yang sama-sama memiliki Rumus molekul yang sama. Perbedaannya dimana gugus fungsi dari eter adalah oksigen yang terikat diantara rantai karbon (-O-) dan alkohol dengan gugus hidroksilnya (-OH). Alkohol adalah senyawa polar sedangkan eter sedit polar memiliki atom oksigen yang memiliki keelektronegatifan cukup tinggi.

Apabila direaksikan dengan logam natrium, maka alkohol yang dapat bereaksi. Logam natrium mudah teroksidasi menjadi ion Na+ , ion ini akan mensubstitusi ion hidrogen pada gugus hidroksil alkohol.
 R-OH + Na R-O-Na + H2


    
      Eter dapat dimungkinkan menjadi lebih reaktif dari alkohol. Eter dapat mengalami membentuk peroksida apabila dibiarkan lama diudara terbuka. Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen ataupun udara, dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak.
Dietil eter : CH3-CH2-O-CH2-CH3

     Karena pada dietil eter ini atom oksigen memilikii electron bebas dan bersifat elektrofilik sehingga dia akan mengikat oksigen yang berasal dari udara dan membentk peroksida sehingga gugs fungsinya menjadi R-O-O-R’ Jika R atau R’ adalah hidrogen maka akan terbentuk hidroperoksida R-O-O-H yang dapat bersifat radikal bebas sehingga mudah bereaksi dengan senyawa lain yang diinginkannya.

Senyawa eter lainnya adalah efoksida atau oksirana. Efoksida adalah senyawa eter siklik yang memiliki sudu 60 derajat. Dimana eter siklik ini sangat reaktif . Struktur dasar dari sebuah epoksida memiliki sebuah atom oksigen yang diikat oleh dua atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari cincin dengan tiga anggota ini membuat senyawa epoksida menjadi lebih reaktif daripada eter asiklik

5).        Berdasarkan artikel yang saya baca,:
Fenol lebih asam dari alkohol karena fenol dapat terdelokalisasi elektron. Juga, fenol dapat menghapus hidrogen untuk membuatnya lebih stabil. Ion ini disebut ion fenoksida.
Secara umum ditinjau dari pKa nya fenol jauh lebih rendah dari pada alcohol, yaitu = 10 sedangkan alcohol memiliki pKa = 16-19, dimana seperti yang kita ketahui bahwa semakin rendah pKa suatu senyawa maka keasamannya juga semakin kuat .
 kekuatan asam dapat dilihat dari nilai pKa dan kestabilan anion. Kestabilan anion dapat dilihat dari pendistribusian elektoron negatif-nya. Cara yang dapat kita gunakan adalah dengan menentukan kestabilan anion sisa asam dalam larutan contoh anion : ClO-, ClO2-, ClO3-, dan ClO4-. Semakin stabil anionnya maka semakin banyak asamnya terionisasi dan otomatis asamnya semakin kuat.

             Bagaimana kita dapat menentukan kestabilan anion-anion tersebut? Jawabanya adalah dengan cara melihat bagaimana anion tersebut mendistribusikan muatan negatifnya ( atau dengan kata lain melihat struktur resonansinya). Semakin banyak jumlah atom oksigen maka anion diatas semakin stabil, karena semakin banyak jumlah atom oksigen yang dapat menerima pendistribusian muatan negatifnya, hal ini juga berarti anion tersebut memiliki banyak struktur resonansi.
yang ini jangan di pos : Sebagai ilustrasi,
keasaman fenol berhubungan dengan kehidupan nyata. Jika keluarga Anda sangat menyayangimu, mereka tidak bisa kehilangan Anda. Namun, jika keluarga Anda tidak mencintai Anda dan mereka masih bisa bertahan hidup tanpa Anda, Anda mungkin juga pergi. Fenol dan seperti ini. Apabila ion H + pergi maka elektron ini akan terdelokalisasi yang membuatnya stabil . itu sebab cincin tersebut kaya akan elektron menyebabkan atom H cenderung bermuatan positif. Jika fenol menarik kelompok-kelompok seperti fluor yang paling elektronegatif, mungkin membuat elektron pindah ke fluorinnya membuat fenoksida stabil. Oleh karena itu, membuat H = berguna dan campuran lebih asam.

Sebagai ilustrasi, kita lebih ringan membawa suatu beban bersama 4 orang daripada membawa beban yang sama dengan dua orang saja. Untuk kasus diatas anggap saja bebanya adalah muatan negatif, ion ClO4- dapat mendistribusikan muatan negatifnya pada 4 atom oksigen sedangkan ion ClO3- hanya dapat mendistribusikan muatan negatifnya pada 3 atom oksigen, dua untuk ion ClO2-, dan sayangnya ion ClO- tidak bisa mendistribusikan muatan negatifnya, sehingga ClO4- jauh lebih stabil dibanding anion yang lain.  Berdasarkan info lain :
 



Suatu asam memiliki kekuatan asam apabila anionnya dapat distabilkan dengan baik. Fenol bisa menstabilkan anionnya. Mekanismenya seperti:
   Dengan melihat harga Ka/pKa

Harga pKa dari asam diatas adalah:
pKa HCl = -8
pKa HClO = 7,53
pKa HClO2 = 2
pKa HClO3 = -1
pKa HClO4 = -10

        Semakin kecil harga pKa maka semakin kuat keasamannya, jadi menurut harga diatas maka kekuatan asamnya dari yang terbesar adalah HClO4 > HCl >HClO3 >HClO2 > HClO. Dari data diatas harga pKa HCl, HClO3, dan HClO4 adalah negatif disebabkan asam-asam ini adalah asam kuat. kekuatan HCl adalah bisa dikatakan hampir sama dengan HClO4, kemungkinan ini disebabkan karena HCl dalam bentuk larutan [HCl (aq)] bersifat sebagai senyawa ionik sehingga HCl mudah melepaskan protonnya. (HCl berupa gas merupakan asam lemah karena ikatan H-Cl dalam bentuk gas bersifat kovalen).

Jadi kesimpulannya kita dapat membuat alcohol lebih asam dari pada fenol apabila memiliki anion yang lebih stabil dari pada fenol. Tetapi saya belum menemukan contoh alcohol yang memiliki anion yang lebih stabil dari pada fenol karena fenol bisa kita lihat dia memiliki struktur cicin sedangkan alcohol tidak.


Menurut logika saya alkohol bisa memiliki kestabilan anion yang kuat apabila atom C nya tidak mengikat hanya satu gugus -OH saja tetapi juga mengikat substituen lain yang menaikkan kekuatan asamnya contohnya NO2 yang menambah panjang jalur delokalisasi.



6).   Berdasarkan artikel yang saya abaca alkohol sudah digunakan sebagai bahan bakar oleh manusia sejak zaman lampau.Turunan alkohol yang digunakan sebagai bahan bakar yaitu:  (metanol, etanol, propanol, dan butanol). Alkohol-alkohol ini dapat disintesis secara kimia maupun biologi, dan karakteristik yang dimiliki membuat alkohol ini dapat dipakai pada mesin-mesin modern saat ini.
Salah satu keuntungan yang dimiliki oleh keempat jenis alkohol ini adalah angka oktan yang tinggi. Angka oktan yang tinggi dapat membuat efisiensi bahan bakar meningkat sehingga dapat menutupi kepadatan energinya yang rendah (jika dibandingkan dengan bensin/diesel). Biobutanol merupakan salah satu bahan bakar yang paling menguntungkan karena kepadatan energinya hampir sama dengan bensin, dengan angka oktan yang masih 25% lebih tinggi dari bensin. Masalahnya adalah, saat ini biobutanol lebih susah diproduksi apabila dibandingkan dengan etanol atau metanol.
Bioetanol
Bioetanol (C2H5OH) merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan sifatnya yang terbarukan. Merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%, dibandingkan dengan emisi bahan bakar fosil seperti minyak tanah. Bioetanol dapat diproduksi dari berbagai bahan baku yang banyak terdapat di Indonesia, sehingga sangat potensial untuk diolah dan dikembangkan karena bahan bakunya sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti : tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu, jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu).
            Dari biomas yang banyak mengandung pati dapat dibuat alkohol. Alkohol merupakan bahan bakar yang baik. Dicampur dengan bensin ia dapat digunakan untuk bahan bakar mobil, sehingga dapat mengurangi konsumsi BBM.

Metanol dan Propanol
Metanol adalah  salah satu jenis bahan bakar alternatif untuk mesin pembakaran dalam dan beberapa jenis mesin lainnya. Metanol dapat digunakan dengan mencampurkannya dengan bensin atau dipakai sendirian (metanol murni).
Di Amerika Serikat, bahan bakar metanol mendapatkan perhatian yang lebih kecil daripada bahan bakar etanol, karena dukungan untuk etanol yang dibuat dari jagung bisa memunculkan beberapa keuntungan politik.
 Secara umum, etanol juga lebih tidak beracun dan memiliki kandungan energi yang lebih tinggi, meskipun sebenarnya metanol lebih murah untuk diproduksi dan membutuhkan dana lebih sedikit untuk mengurangi emisi karbonnya. Meskipun begitu, untuk mengoptimalkan performa mesin, kesediaan bahan bakar, keuntungan politis dan kesehatan, campuran dari etanol, metanol, dan bensin sebaiknya digunakan bersamaan daripada hanya menggunakan ketiga jenis bahan bakar ini secara terpisah. Metanol dapat dibuat dari fosil atau sumber energi terbaharui lainnya.
Metanol dan etanol, keduanya bisa didapatkan baik dari minyak bumi, biomassa, atau mungkin yang paling mudah, dari karbon dioksida dan air. Etanol secara umum diproduksi melalui fermentasi gula, dan metanol biasanya diproduksi dari fermentasi gas, tapi ada cara yang lebih modern untuk mendapatkan bahan bakar ini. Enzim dapat digunakan untuk memproduksi etanol dan metanol. Metanol adalah molekul yang paling sederhana, dan etanol dapat dibuat dari metanol. Di dunia industri, metanol dapat dibuat dari biomassa apapun, termasuk kotoran binatang, atau dari karbon dioksida dan air. Bisa juga didapatkan dari mengubah biomassa menjadi gas sintesis di gasifier. Kedua bahan bakar ini juga dapat diproduksi di laboratorium dengan menggunakan elektrolisis atau enzim.

Keunggulan
Jika digunakan sebagai bahan bakar, etanol memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bila dibandingkan dengan bahan bakar biasa seperti bensin dan diesel. Kedua bahan bakar alkohol ini membutuhkan rasio kompresi yang tinggi agar mesin bisa menyala. Kedua alkohol ini memiliki angka oktan yang tinggi, dengan angka oktan 109. (angka oktan bahan bakar Premium standar di Indonesia adalah 88). Bensin standar di Eropa memiliki angka oktan 95. Selain itu, kedua bahan bakar alkohol ini memiliki angka cetan yang rendah, sehingga cairan pembantu penyulut (ignition improver) seperti contohnya glikol harus ditambahkan ke dalam campuran bahan bakar ini sampai kandungannya mencapai 5%.
Ketika dipakai, bahan bakar alkohol ini dapat berpotensi mengurangi NOx, CO, HC dan partikulat lainnya. Sebua tes yang dilakukan pada Chevrolet Luminas berbahan bakar E85 menunjukkan bahwa NMHC[3] berkurang 20-22%, NOx berkurang 25-32% dan CO berkurang 12-24% bila dibandingkan dengan pemakaian bensin.Emisi racun dari benzena dan 1,3 butadiena juga menurun, tapi emisi aldehida (misalnya asetaldehida).
Metanol dan etanol juga mengandung beberapa zat yang dapat dan tidak dapat larut.Misalnya adalah ion halida, yang merupakan zat yang dapat larut, mempunyai andil yang besar dalam membuat bahan bakar alkohol menjadi korosif. Ion halida bersifat korosif dengan 2 cara: secara kimia, ion ini akan menyerang lapisan film oksida pada logam sehingga logam tersebut keropos; cara yang kedua adalah ion ini juga meningkatkan konduktivitas bahan bakar. Konduktivitas listrik yang meningkat akan menyebabkan korosi pada sistem bahan bakar. Zat yang dapat bercampur seperti aluminium hidroksida misalnya, merupakan hasil produk korosi dari ion halida, dan zat akan menyumbat sistem bahan bakar.
Untuk menghindari korosi seperti ini, maka sistem bahan bakarnya harus diganti dengan material yang cocok, kawat listriknya harus diisolasi dan sensor bahan bakar harus yang bertipe pulse and hold. Tambahan lainnya, bahan bakar alkohol yang digunakan hanya mengandung zat-zat berbahaya ini dalam jumlah yang kecil.

Propanol dan Butanol
Propanol dan butanol dianggap lebih aman dan lebih mudah menguap jika dibandingkan dengan metanol. Butanol memiliki keuntungan yaitu titik nyalanya sebesar 35 °C, sehingga tidak mudah terbakar, tapi menjadi masalah jika digunakan pada suhu udara rendah.
Proses fermentasi untuk memproduksi propanol dan butanol agak susah dilakukan. Saat ini, organisme yang digunakan dalam pengkonversian ini, Clostridium acetobutylicum, menghasilkan bau yang sangat busuk sehingga proses fermentasi harus dilakukan pada pabrik fermentasi. Organisme ini juga akan mati ketika kandungan butanol mencapai 7%. Sebagai perbandingan, khamir akan mati jika kandungan etanol mencapai 14%. Beberapa jenis khamir lainnya dapat mentolerir konsentrasi etanol yang lebih tinggi - sehingga disebut khamir turbo yang masih dapat bertahan sampai kandungan etanolnya mencapai 16%. Kesimpulan yang didapat adalah jika khamir Saccharomyces biasa dapat dimodifikasi sehingga dapat lebih tahan terhadap etanol, maka pada suatu hari mungkin ilmuwan akan berhasil menghasilkan strain Clostridium tipe baru yang dapat bertahan dari butanol dengan konsentrasi lebih dari 7%. Jika hal ini dapat diterapkan, maka akan sangat berguna karena butanol memiliki kepadatan energi yang lebih besar daripada etanol. Ditambah lagi, serat yang biasanya dibuang dari tanaman gula, sekarang dapat digunakan untuk memproduksi butanol, dan hasil bahan bakarnya bisa ditingkatkan tanpa perlu menambah jumlah tanaman yang dihasilkan.
Jadi, kesimpulannya adalah Butanol lebih baik digunakan sebagai bahan bakar karena memiliki energi yang besar dari etanol namun lebih susah diproduksi.



Syarat-Syarat Bahan Bakar Untuk Motor Bakar Bensin :

1. Volatilitas bahan bakar
Volatilitas bahan bakar didefinisikan sebagai kecenderungan cairan bahan bakar untuk menguap. Pada motor bensin, campuran bahan bakar dan udara yang masuk dalam silinder sebelum dan sesudah selama proses pembakaran diusahakan sudah dalam keadaan campuran uap bahan bakar dan udara, sehingga memudahkan proses pembakaran. Oleh karena itu kemampuan menguapkan bahan bakar untuk motor bensin sangat penting.

2. Angka Oktan

Angka Oktan adalah suatu bilangan yang menunjukkan sifat anti ketukan (denotasi). Dengan kata lain, makin tinggi angka oktan maka semakin berkurang kemungkinan untuk terjadinya denotasi (knocking). Dengan berkurangnya intensitas untuk berdenotasi, maka campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan oleh torak menjadi lebih baik sehingga tenaga motor akan lebih besar dan pemakaian bahan bakar menjadi lebih hemat.

Syarat –syarat supaya alcohol dapat digunakan sebagai pengganti bensin adalah :
1.Karakteristik bensin sangatlah spesifik karena baik titik nyala ataupun titik bakar terjadi pada temperatur yang cukup rendah.
2. Bensin terbakar melalui sistem karburator,dimana di dalam karburator terjadi pencampuran udara dan bahan bakar dengan rasio ideal 12,5 berbanding 1 (12,5 udara dan 1 bensin). Agar mencapai rasio ideal, maka harus diperhatikan kandungan oksigen dari bahan bakarnya, sehingga ketika bahan bakar masuk ke karburator dan bercampur dengan udara akan mencapai rasio ideal tersebut.
3. Nilai kalor bakar dari bahan bakar, dimana nilai kalor bensin cukup tinggi berkisar antara10,160-11,000 kkal/kg.
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa bahan bakar nabati khususnya etanol tidak memenuhi syarat seperti halnya bahan bakar bensin.

Sebagai contoh apabila mesin menggunakan ethanol murni sebagai bahan bakar, maka mesin menjadi kurang bertenaga atau tenaga 20% lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan bakar bensin.Hal ini disebabkan oleh nilai kalor alcohol yang lebih rendah dari bensin serta desain mesin yang ada sekarang hanya khusus untuk bahan bakar konvensional khususnya bensin.

Jadi etanol bisa menggantikan bensin hanya saja energy yang dihasilkan tidak sebaik bensin. Namun turunan alkohol lainnya seperti butanol hampir sama dengan bensin, dengan angka oktan yang masih 25% lebih tinggi dari bensin. Masalahnya adalah, saat ini biobutanol lebih susah diproduksi apabila dibandingkan dengan etanol atau metanol.